Pujian, Kalimat Pembangkit Semangat

Bagaimana perasaan jika mendapat pujian dari seseorang? Orang normal pasti akan merasa bahagia.

Bagi pelajar, mendapat pujian dari guru, teman, terlebih dari orangtua adalah kata-kata penyemangat di kala semangat belajar mulai mengendur. Bak pelipur lara di saat putus asa menyergap karena banyaknya tugas dan ulangan menanti. Seperti yang kita ketahui, hampir semua sekolah di Jakarta (khususnya) berlomba-lomba untuk mengumpulkan nilai. Tak peduli materi yang diajarkan sudah terserap dengan baik atau tidak, ulangan terus-menerus dijadwalkan tanpa henti. Kalau istilah dalam agenda perhotelan namanya full-booking.
Belum lagi bervariasi tugas yang diberikan dengan dalih untuk mengembangkan kreativitas murid-murid.

Tetapi pernahkah anda merasa bahwa apa yang telah anda lakukan telah semaksimal mungkin tapi bukan pujian yang diterima melainkan omelan? Orangtua (khususnya) seakan tak pernah puas dengan nilai anak. Istilahnya, dapat nilai 100 adalah kewajiban. Perasaan kesal terlebih lagi menghampiri apabila kita telah mendapat nilai 100 tetapi tetap saja tidak mendapatkan pujian atau apresiasi apa pun. Memang betul, bahwa belajar adalah kewajiban pelajar dan mendapat nilai baik adalah harapan semua orangtua. Namun, mampukah kita selalu mendapat 100? Saya rasa jawabannya adalah TIDAK.

Pujian bagi beberapa orang mungkin tak lebih dari sepenggal kata-kata manis nan gombal. Namun menurut saya, pujian memberikan tambahan energi positif bagi orang yang dipuji agar bisa berprestasi dengan lebih lagi. Seperti sebuah cerita tentang manusia purba yang diceritakan oleh guru sejarah saya. Katanya pada zaman dahulu kala, jika orang ingin menebang pohon, maka selama beberapa malam orang-orang tersebut meneriaki pohon itu dengan kata-kata kasar. Dalam beberapa hari, akar pohon itu tak mampu lagi mencengkram tanah dan dengan mudah pohon itu dapat ditumbangkan. Nah, berarti apabila orang-orang tersebut mengucapkan kata-kata positif, pasti pohon itu akan tumbuh dengan subur dan bunganya akan cepat bermekaran. Sebab terkadang manusia menjadi seperti apa yang di labeli oleh orang lain terhadap dirinya.

Pujian tidaklah harus terlalu tinggi dan muluk. Cukup dengan kata-kata sederhana diringi senyuman dari hati yang tulus pasti mampu memancarkan aura positif yang dapat menaikkan semangat orang lain.

Pertanyaannya adalah seberapa seringkah kita memuji orang lain?
Sebab seperti yang dikatakan oleh JFK "Jangan tanya apa yang telah negara lakukan untukmu, tetapi bertanyalah apa yang telah kamu lakukan untuk negaramu"
Begitu pula tanyalah pada diri anda sendiri apa yang telah anda perbuat untuk orang lain bukan apa yang telah orang lain perbuat pada anda.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

7 buah eksotik Indonesia

Jembatan Keledai Rumus Triginometri

Sebegitu Menakutkan kah Diriku?